NAMA:Putri Laura Ra’adiyah
NPM:18511723
MATA KULIAH:Psikologi Manajemen
A.PENGANTAR
1.
Definisi
Manajemen
-Definisi
Manajemen Menurut Para Ahli
·
Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel :
Manajemen adalah usaha untuk
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
·
Menurut R. Terry :
Manajemen merupakan suatu proses
khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,pengorganisasian,
penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan sertamencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dansumberdaya
lainnya.
Manajemen adalah Suatu proses dalam rangka mencapai tujuan
dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
2.
Definisi
Kepemimpinan
- Kepemimpinan/leadership merupakan
ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya
diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono,
2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut
pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa
kesamaan.
·
Menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Kepemimpinan yaitu kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
·
Moejiono (2002)
memandang bahwa leadership
tersebut sebenarnya sebagai akibat
pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan
oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok
3. Teori Kepemimpinan Contigency Fiedler(Matching
Leaders and tasks)
-Fiedler
(1973, 1977) telah menjawab kecaman, dan perdebatan mengenai validitas model
ini masih berlanjut. Namun, ketertarikan dalam teori ini telah melemah seiring
waktu disaat teori situasional yang lebih baik dikembangkan. Sebagai teori
kepemimpinan situasional yang pertama, paling tidak model ini telah memberikan
kontribusi sebagai pendorong ketertarikan yang lebih besar pada variabel
situasional dalam menjelaskan efektivitas seorang pemimpin.Dasar dari model
kontingensi Fiedler terlibat menilai pemimpin potensial dengan skala gaya kerja
mulai dari tugas yang berorientasi pada salah satu ujungnya, untuk berorientasi
pada hubungan di ujung lainnya. Kemudian tergantung pada faktor-faktor seperti
tingkat stres dalam organisasi, jenis pekerjaan, fleksibilitas dari kelompok
berubah, dan penggunaan teknologi, koordinasi disesuaikan sumber daya, orang,
tugas dan gaya manajemen yang benar dapat diterapkan.
4.
Model
Kepemimpinan Normatif Vroom &Tetton
-Teori kepemimpinan Vroom&Yetton ini merupakan salah
satu teori contingency. Teori ini dikembangkan oleh Vroom&Yetton (1973) dan
disebut juga sebagai model normatif tentang kepemimpinan, karena mengarah
kepada pemberian suatu rekomendasi tentang gaya kepemimpinan yang sebaiknya
digunakan dalam situasi tertentu, yang berfokus pada tingkat partisipasi yang
diperbolehkan oleh pemimpin dalam pengambilan keputusan dan seleksi pendekatan
yang akan memaksimalkan manfaat yang akan didapat kelompok dan pada waktu yang
bersamaan, meminimalisasi gangguan pencapaian tujuan kelompok. Model yang
menjelaskan bagaimana seorang pemimpin harus memimpin dalam berbagai situasi.
Model ini menunjukan bahwa tidak ada corak kepemimpinan tunggal yg dapat
diterapkan pada semua situasi.
Lima
pola umum Gaya Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan (Vroom & Yetton,
1973) :
1. Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
2. Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
3. Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
4. Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5. Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
1. Autocratic I: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang saat ini terdapat pada pemimpin.
2. Autocratic II: membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang terdapat pada seluruh anggota kelompok tanpa terlebih dahulu menginformasikan tujuan dari penyampaian informasi yang mereka berikan.
3. Consultative I: berbagi akan masalah yang ada dengan individu yang relevan, mengetahui ide-ide dan saran mereka tanpa melibatkan mereka ke dalam kelompok; lalu membuat keputusan.
4. Consultative II: berbagi masalah dengan kelompok, mendapatkan ide-ide dan saran mereka saat diskusi kelompok berlangsung, dan kemudian membuat keputusan.
5. Group II: berbagi masalah yang ada dengan kelompok, mengepalai diskusi kelompok, serta menerima dan menerapkan keputusan apapun yang dibuat oleh kelompok.
5.
Path.Goal
Theory dalam Kepemimpinan
-Teori path-goal menganut
pandangan kepemimpinan sebagai pelayan. Kepemimpinan tidak dipandang sebagai
sebuah posisi kekuasaan. Sebaliknya, pemimpin bertindak sebagai pelatih dan
fasilitator kepada bawahan mereka.
Menurut
teori path-goal, efektivitas seorang pemimpin tergantung pada faktor
kontingensi (ketidakpastian) lingkungan dan gaya kepemimpinan tertentu.
Gaya
Kepemimpinan
Keempat
gaya kepemimpinan adalah:
1. Kepempimpinan direktif:
disini pemimpin memberikan pedoman, yang memungkinkan bawahan tahu apa yang
diharapkan dari mereka, menetapkan standar kinerja bagi mereka, dan mengontrol
perilaku ketika standar kinerja tidak terpenuhi. Pemimpin secara bijaksana
memberikan penghargaan dan sanksi disiplin. Bawahan diharap mengikuti aturan
dan kebijakan yang dikeluarkan.
2. Kepemimpinan
suportif: pemimpin yang sifatnya mengayomi bawahan dan
menampilkan perhatian pribadi terhadap kebutuhan, dan kesejahteraan mereka.
3. Kepempimpinan
partisipatif: pemimpin yang percaya pengambilan keputusan dalam
kelompok dan berbagi informasi dengan bawahan. Dia berkonsultasi bawahannya
mengenai keputusan penting berkaitan dengan pekerjaan, tujuan tugas, dan cara
untuk menyelesaikan tujuan.
4. Kepemimpinan
berorientasi prestasi: pemimpin menetapkan tujuan
yang menantang dan mendorong karyawan untuk mencapai kinerja terbaik mereka.
Pemimpin percaya bahwa karyawan cukup bertanggung jawab untuk mencapai tujuan
yang menantang. Gaya ini sama dengan pandangan teori penetapan tujuan.
B.
PERENCENAAN , PENETAPAN MANAJEMEN
1. Definisi dari Perencanaan Manajemen
-Perencanaan secara garis besar
diartikan seagai proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi
untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkann rencana aktivitas kerja
organisasi. Pada dasarnya yang dimaksud perencanaan yaitu memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan apa(what), siapa (who), kapan (when),
dimana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how).
Jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan
dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan
serta programprogram yang dilakukan. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan berjalan. Rencana dapat
berupa rencana informal atau secara formal. Rencana informal adalah rencana yang
tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah
rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu
tertentu. Rencana formal adalah merupakan bersama anggota korporasi, artinya
setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal
dibuat untuk mengurangi ami guitar dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang
harus dilakukan Dalam sebuah perencanaan terdapat unsur-unsur perencanaan.
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai
unsurunsur perencanaan. Unsur pertama adalah tindakan apa yang harus
dikerjakan, kedua ada sebabnya rindakan tersebut harus dilakukan, ketiga dimana
tindakan tersebut dilakukan, keempat kapa tindakan tersebut dilakukan, kelima
siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, dan yang terakhir bagaimana cara
melaksanakan tindakan tersebut.
2 .Langkah-langkah dalam Menyusun Perencanaan
Manajemen
·
Merumuskan Misi dan Tujuan
Usaha sistematis formal untuk menggariskan wujud
utama dari perusahaan,sasaran, kebijakan kebijakan dan strategi untuk mencapai
sasaran-sasaran dan wujud utama perusahaan yang bersangkutan
·
Memahami Keadaan Saat ini
Perencanaan menyangkut jangkauan masa depan dari
keputusan-keputusan yang dibuat sekarang, untuk mengenal sistematis peluang dan
ancaman dimasa mendatang. Dengan pilihan langkah-langkah yang tepat akan lebih
menguntungkan perusahaan Meliputi jangka pendek dan sampai jangka panjang
·
Mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat
tercapainya Tujuan.
Segala kemudahan dan kemungkinan hambatan dalam usaha mencapai tujuan perlu sedini mungkin diidentifikasi, agar persiapan dapat dilakukan. Disatu pihak perusahaan dapat meraih kemudahan dan manfaat optimal dengan kesempatan yang tersedia
Segala kemudahan dan kemungkinan hambatan dalam usaha mencapai tujuan perlu sedini mungkin diidentifikasi, agar persiapan dapat dilakukan. Disatu pihak perusahaan dapat meraih kemudahan dan manfaat optimal dengan kesempatan yang tersedia
·
Menyusun rencana Kegiatan untuk mencapai
tujuan
Tujuan dapat dicapai dengan beberapa cara,diantaranya adalah:
a.Menyusun berbagai alternatif kebijaksanaan dan
tindakan-tindakan yang mungkin dapat dipilih
b. Menilai dan membandingkan untung rugi setiap
alternatif kegiatan kebijakan
c. Memilih dan menetapkan suatu alternatif yang
paling cocok dan baik diantara alternatif-alternatif lain
Perencanaan Strategik ( Strategik Planning/
Corporate Planning ) merupakan bagian terpenting dari manajemen strategik dan
dapat dianggap sebagai pilar sentral manajemen strategik
3. Manfaat Perencanaan dalam suatu
Organisasi
- Perencanaan adalah proses mendefinisikan
tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan
mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Tanpa suatu perencanaan maka proses pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tidak dapat berjalan dengan baik. Seperti yang
sudah diketahui pada umumnya bahwa perencanaan adalah menyusun sebuah rencana
yang akan diterapkan pada kegiatan tertentu seperti acara penting, sampai
hal-hal kecil tentunya juga memerlukan rencana meski rencananya tak sebesar
rencana untuk acara penting. Jadi Perencanaan memiliki tahapan paling penting
dari fungsi manajemen itu sendiri, terutama dalam menghadapi lingkungan
eksternal yang berubah dinamis. dalam era globalisasi ini, perencanaan harus
lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada
intuisi dan firasat.
4. Jenis
Perencanaan dalam Organisasi
-Menurut Asnawir Ada tujuh jenis-jenis perencanaan, yang kesemua
itu dilihat dari sudut pandang berbeda, di antara jenis-jenis perencanaan
tersebut adalah:
Dilihat dari segi waktu
Dari segi waktu perencanaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
·
Perencanaan
jangka panjang, yang termasuk dalam perencanaan jangka panjang adalah rentang
waktu sepuluh sampai tiga puluh tahun. Perencanaan jangka panjang ini bersifat
umum, dan belum terperinci.
·
Perencanaan
jangka menengah, jangka menengah biasanya mempunyai jangka waktu antara lima
sampai sepuluh tahun.
·
Perencanaan
jangka pendek, yaitu perencanaan yang mempunyai jangka waktu antar satu tahun
sampai lima tahun.
Dilihat dari segi sifatnya
Perencanaan dibagi menjadi dua
yaitu:
·
Perencanaan
kuantitatif, yang termasuk perencaan kuantitatif adalah semua target dan
sasaran dinyatakan dengan angka-angka.
·
Perencanaan
kualitatif adalah perencanaaan yang ingin dicapai dinyatakan secara kualitas
Sumber :