Sabtu, 11 Mei 2013

Hubungan Interpersonal , Cinta dan Perkawinan



A.     HUBUNGAN INTERPERSONAL
1.      Model Pertukaran Sosial Dan Analisis Transaksional
Ø  Salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain , kemudian seseorang itu menentukan keseimbangan antara pengorbanan dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan itu . Setelah seseorang menentukan keseimbangannya , ia akan menentukan jenis hubungan dan kesempatan memperbaiki hubungan / tidak sama sekali. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain tanpa terasa ada hubungan resiprok didalamnya. Paling tidak ada 3 hal yang kita pertukarkan :
Ganjaran , Pengorbanan, Keuntungan.

Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
2.      Pembentukan Kesan Dan Ketertarikan Interpersonal Dalam Memulai Hubungan
Ø  Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) menyatakan bahwa apa yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat. Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. Ahli Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’ (self expression).
Penyebab ketertarikan, dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat meliputi :
·         Aspek kedekatan
·         Kesamaan
·         Kesukaan timbal balik
·         Ktertarikan fisik dan kesukaan

3.      Model Peran,Konflik Dan Adequacy Peran Serta Autentisitas Dalam Hubungan Peran
Ø  Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai
dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut

4.      Intimasi Dan Hubungan Pribadi
Ø  Kebutuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan ornglain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan,
 saling bertukar pendapat, keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga  terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat.
Faktor penyebab intimacy :
·         Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
·         Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
·         Kedalaman : saling berbagi
Proses terbentukan intimacy :
Penerimaan  diri  ­  Saling  berinteraksi  ­  Memberi  respon  atau 
tanggapan – Perhatian ­ Rasa percaya  ­ Kasih sayang ­ Mempunyai 
minat yang sama ­ Berhubungan seksual

5.      Intimasi Dan Pertumbuhan
Ø  Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita. Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban.

Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena
(1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan;
(3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia;
(4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup;
(5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus . Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.

                                   
B.     CINTA DAN PERKAWINAN
1.      Bagaimana Memilih Pasangan
Ø  Dalam memilih pasangan kita wajib mencari yang terbaik untuk menjalaninya.Cara memilih pasangan yang baik antara lain:
·         Saling jujur dan setia
·         Dari segi penampilan
·         Taat beribadah
·         Pandai/pintar
·         Tidak materialistis
·         Tidak mudah emosi
·         Sehat jasmani dan rohani
·         Persetujuan orang tua,keluarga
·         Menerima apa adanya
2.      Seluk Beluk Hubungan Dalam Perkawinan
Ø  Inilah puncak dari segalanya, setelah melewati  masa pacaran dengan baik. Dengan saling mengikarkan janji suci untuk sehidup semati baik dalam sehat maupun dalam sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Sehingga ikrar suci pernikahan itu, mereka bukan lagi dua tetapi telah menjadi satu. Tahap ini memulainya sebuah babak baru, relasi yang ditandai dengan munculnya komitmen tanpa syarat untuk saling mencintai dan memiliki.
Kalau tahap perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat pacaran, maka tahap pernikahan merupakan puncak dari tingkat hubungan paling akrab dan mulia yang dilakukan.
3.      Penyesuaian Dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Ø  Dwan J.Lipthrott,LCSW mengatakan bahwa ada 5 tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan.Bisa jadi antara pasangan suami istri yang satu dengan yang lain,memiliki waktu berbeda saat menghadapi melalui tahapannya.
ü  Tahap 1: Romantic love.Saat ini adalah saat anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu.
ü  Tahap 2: Dissapointment of Distress.Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan,memiliki rasa marah dan kecewa pda pasangan,berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya.
ü  Tahap 3: Knowledge and awareness.Bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya
ü  Tahap 4:Transformation.Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan dihati pasangannya.
ü  Tahap 5: Real love.Anda akan kembali dipenuhi dengan keceriaan,kemesraan,keintiman,kebahagiaan,dan kebersamaan dengan pasangan.
4.      Perceraian Dan Pernikahan Kembali
Ø  Perceraian merupakan terputusnya hubungan antara suami istri  adalah cerai hidup yang disebabkan oleh kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran masing-masing .Dimana perceraian dipahami sebagai akhir dari ketidakstabilan perkawinan antara suami istri yang selanjutnya hidup secara terpisah dan diakui secara sah berdasarkan hukum yang berlaku.
5.      Alternatif Selain Pernikahan Membujang(Single Life)
Ø  Fenomena hidup membujang sepanjang usia bukanlah satu hal yang baru muncul pada zaman pasca moden ini. Umat Islam yang hidup pada abad-abad awal Islam sebenarnya sudahpun menikmati hidup bujang ini. Terdapat beberapa ulama terkenal yang telah menghabiskan usia hidup tanpa berkahwin, sebagai contoh Muhammad b. Jarir al-Tabari (m. 313/925). Beliau sangat terkenal dalam bidang tafsir al-Qur’an, pengarang kitab sejarah yang terkemuka dan pengasas sebuah mazhab fiqh pada zamannya. Demikian juga dengan Mahmud b. ‘Umar al-Zamakhshari (m. 538/1144), seorang ulama dan pengarang kitab tafsir; dan Ahmad b. ‘Abd al-Halim Ibn Taymiyyah (m. 727/1328). Tiga tokoh yang disebutkan ini ialah antara ulama besar dalam bidang tafsir dan perundangan Islam. Ratusan penyelidikan telah dilakukan tentang sejarah dan sumbangan pemikiran mereka dan berjaya pula menghasilkan tesis-tesis sarjana atau doktor falsafah.

Ramai ulama berpandangan bahawa kahwin membunuh cita-cita sebagai seorang ilmuan. Umar b. al-Khattab (m. 23/644), misalannya pernah menasihati muridnya supaya belajar bersungguh-sungguh sebelum kahwin. Begitu juga dengan Imam Abu Hanifah (m. 150/767) pernah menasihati Abu Yusuf (m. 182/798) agar jangan berkahwin di usia muda. Setelah berkahwin, masa akan tertumpu kepada keluarga, tidak lagi kepada pelajaran. Ulama yang memilih hidup tanpa kahwin tentu ada sebab-sebabnya sama ada peribadi atau lain-lain. Kebiasaannya para ulama memilih hidup bujang disebabkan tanggungjawab mereka yang besar terhadap umat Islam. Mereka hidup sepenuh masa dengan berbakti kepada ilmu pengetahuan, menjadi ahli ibadat, ulat buku, pengarang buku dan lain-lain. Sebagai bayarannya, mereka rela hidup tanpa kahwin sepanjang usia.
Sumber :