A.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
1.
Model Pertukaran Sosial Dan Analisis Transaksional
Ø Salah satu teori sosial yang mempelajari bagaimana
seseorang berhubungan dengan orang lain , kemudian seseorang itu menentukan
keseimbangan antara pengorbanan dan keuntungan yang didapatkan dari hubungan
itu . Setelah seseorang menentukan keseimbangannya , ia akan menentukan jenis
hubungan dan kesempatan memperbaiki hubungan / tidak sama sekali. Ketika kita
berinteraksi dengan orang lain tanpa terasa ada hubungan resiprok didalamnya.
Paling tidak ada 3 hal yang kita pertukarkan :
Ganjaran , Pengorbanan, Keuntungan.
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu
pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan
kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan.
Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh
klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan
yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk
membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
2.
Pembentukan Kesan Dan Ketertarikan Interpersonal Dalam
Memulai Hubungan
Ø Ellen Berscheid (Berscheid, 1985; Berscheid &
Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) menyatakan bahwa apa yang membuat
orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban yang ada,
yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan mengelola
persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat. Tiadanya hubungan
yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa kesepian, kurang
berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. Ahli Psikologi Sosial,
Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah ’ekspresi diri’
(self expression).
Penyebab
ketertarikan, dimulai dari awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam
hubungan yang erat meliputi :
·
Aspek kedekatan
·
Kesamaan
·
Kesukaan timbal balik
·
Ktertarikan fisik dan kesukaan
3.
Model Peran,Konflik Dan Adequacy Peran Serta
Autentisitas Dalam Hubungan Peran
Ø Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan
harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam
suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Model
peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya. Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut
4.
Intimasi Dan Hubungan Pribadi
Ø Kebutuhan intimacy merupakan suatu kebutuhan akan hubungan dengan ornglain dan merupakan kebutuhan terdalam pada diri setiap manusia untuk mengetahui seseorang secara lebih dekat, seperti merasa dihargai, diperhatikan,
saling bertukar pendapat, keinginan untuk selalu berbagi dan menerima serta perasaan saling memiliki sehingga
terjalin keterikatan yang semakin kuat dan erat.
Faktor
penyebab intimacy :
· Keluasan : seberapa banyak aktifitas yg dilakukan bersama
· Keterbukaan : adanya saling keterbukaan diri
· Kedalaman : saling berbagi
Proses terbentukan intimacy :
Penerimaan diri Saling berinteraksi
Memberi respon atau
tanggapan – Perhatian Rasa percaya Kasih sayang Mempunyai
minat yang sama Berhubungan seksual
5.
Intimasi Dan Pertumbuhan
Ø Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri.
Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Keintiman berarti proses
menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita
pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita. Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima,
dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan
hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban.
Tempat dimana
belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah
penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan
karena
(1) kita
tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh; (2) kita tidak
menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan;
(3) kita
tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang
rahasia;
(4) kita
dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup;
(5) kita
memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus . Dalam hal inilah keutamaan
cinta dibutuhkan.
B. CINTA
DAN PERKAWINAN
1. Bagaimana
Memilih Pasangan
Ø Dalam
memilih pasangan kita wajib mencari yang terbaik untuk menjalaninya.Cara
memilih pasangan yang baik antara lain:
·
Saling jujur dan setia
·
Dari segi penampilan
·
Taat beribadah
·
Pandai/pintar
·
Tidak materialistis
·
Tidak mudah emosi
·
Sehat jasmani dan rohani
·
Persetujuan orang tua,keluarga
·
Menerima apa adanya
2. Seluk
Beluk Hubungan Dalam Perkawinan
Ø
Inilah
puncak dari segalanya, setelah melewati masa pacaran dengan baik. Dengan
saling mengikarkan janji suci untuk sehidup semati baik dalam sehat maupun
dalam sakit, dalam keadaan kaya atau miskin dan hanya maut yang bisa memisahkan
mereka. Sehingga ikrar suci pernikahan itu, mereka bukan lagi dua tetapi telah
menjadi satu. Tahap ini memulainya sebuah babak baru, relasi yang
ditandai dengan munculnya komitmen tanpa syarat untuk saling mencintai dan
memiliki.
Kalau tahap
perkenalan merupakan sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat pacaran, maka tahap
pernikahan merupakan puncak dari tingkat hubungan paling akrab dan mulia yang
dilakukan.
3. Penyesuaian
Dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Ø Dwan
J.Lipthrott,LCSW mengatakan bahwa ada 5 tahap perkembangan dalam kehidupan
perkawinan.Bisa jadi antara pasangan suami istri yang satu dengan yang
lain,memiliki waktu berbeda saat menghadapi melalui tahapannya.
ü Tahap
1: Romantic love.Saat ini adalah saat anda dan pasangan merasakan gelora cinta
yang menggebu-gebu.
ü Tahap
2: Dissapointment of Distress.Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling
menyalahkan,memiliki rasa marah dan kecewa pda pasangan,berusaha menang atau
lebih benar dari pasangannya.
ü Tahap
3: Knowledge and awareness.Bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap
ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya
ü Tahap
4:Transformation.Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang
berkenan dihati pasangannya.
ü Tahap
5: Real love.Anda akan kembali dipenuhi dengan
keceriaan,kemesraan,keintiman,kebahagiaan,dan kebersamaan dengan pasangan.
4. Perceraian
Dan Pernikahan Kembali
Ø Perceraian
merupakan terputusnya hubungan antara suami istri adalah cerai hidup yang disebabkan oleh
kegagalan suami atau istri dalam menjalankan obligasi peran masing-masing
.Dimana perceraian dipahami sebagai akhir dari ketidakstabilan perkawinan
antara suami istri yang selanjutnya hidup secara terpisah dan diakui secara sah
berdasarkan hukum yang berlaku.
5. Alternatif
Selain Pernikahan Membujang(Single Life)
Ø Fenomena hidup membujang
sepanjang usia bukanlah satu hal yang baru muncul pada zaman pasca moden ini.
Umat Islam yang hidup pada abad-abad awal Islam sebenarnya sudahpun menikmati
hidup bujang ini. Terdapat beberapa ulama terkenal yang telah menghabiskan usia
hidup tanpa berkahwin, sebagai contoh Muhammad b. Jarir al-Tabari (m. 313/925).
Beliau sangat terkenal dalam bidang tafsir al-Qur’an, pengarang kitab sejarah
yang terkemuka dan pengasas sebuah mazhab fiqh pada zamannya. Demikian juga
dengan Mahmud b. ‘Umar al-Zamakhshari (m. 538/1144), seorang ulama dan
pengarang kitab tafsir; dan Ahmad b. ‘Abd al-Halim Ibn Taymiyyah (m. 727/1328).
Tiga tokoh yang disebutkan ini ialah antara ulama besar dalam bidang tafsir dan
perundangan Islam. Ratusan penyelidikan telah dilakukan tentang sejarah dan
sumbangan pemikiran mereka dan berjaya pula menghasilkan tesis-tesis sarjana
atau doktor falsafah.
Ramai
ulama berpandangan bahawa kahwin membunuh cita-cita sebagai seorang ilmuan.
Umar b. al-Khattab (m. 23/644), misalannya pernah menasihati muridnya supaya
belajar bersungguh-sungguh sebelum kahwin. Begitu juga dengan Imam Abu Hanifah
(m. 150/767) pernah menasihati Abu Yusuf (m. 182/798) agar jangan berkahwin di
usia muda. Setelah berkahwin, masa akan tertumpu kepada keluarga, tidak lagi
kepada pelajaran. Ulama yang memilih hidup tanpa kahwin tentu ada
sebab-sebabnya sama ada peribadi atau lain-lain. Kebiasaannya para ulama
memilih hidup bujang disebabkan tanggungjawab mereka yang besar terhadap umat
Islam. Mereka hidup sepenuh masa dengan berbakti kepada ilmu pengetahuan,
menjadi ahli ibadat, ulat buku, pengarang buku dan lain-lain. Sebagai
bayarannya, mereka rela hidup tanpa kahwin sepanjang usia.
Sumber :